03 September 2008

Cara nasihati remaja bila diri pernah salah

It’s nice blog and good articles. And nice answers with interesting questions. aq baru baca artikel di blog ini, sangat mendidik dan baik bagi orang tua seperti aq yang mempunyai anak-anak yang dewasa dan sebentar lagi memasuki masa-masa pernikahan. Terimakasi Ustadz dengan nasehatnya. ... Bagaimana caranya menebus sesuatu yang sudah terlanjur keliru dalam berpacaran seperti saya sebelum nikah (mudah dan efisien serta efektif) saya sampai sekarang belum mempunyai cara untuk menasehati yang jitu (singkat, jelas dan mudah diterima) bagi anak-anak saya yang sudah dewasa (semuanya laki-laki). Artikel ini merupakan salah satu jawaban sekaligus nasehat…. ya, syukur jika ada jawaban yang lebih spesifik….terimakasih buaaaaanyaaaak

Tanggapan M Shodiq Mustika:

Terima kasih kembali. Memang, otoritas kita berperan penting dalam efektivitas memberi nasihat, terutama terhadap remaja. Bila kita tidak pernah melanggar larangan yang kita nasihatkan kepada mereka, misalnya minum minuman keras, maka otoritas kita menguat. Dengan demikian, suara kita lebih didengar. Sebaliknya, andai kita dulu semasa remaja sering lakukan pelanggaran itu, maka otoritas kita melemah. Walhasil, nasihat kita cenderung diremehkan. Mungkin tanggapan mereka, “Alaah... Bapak aja dulu gitu. Ngapain ngelarang aku begitu.”

Sungguhpun demikian, masalah seperti itu dapat kita atasi. Paling tidak, ada tiga cara strategis yang dapat kita tempuh.

Pertama, gunakan nasihat “tak langsung” dengan memanfaatkan “pihak ketiga” yang otoritasnya lebih kuat daripada kita. Kita meminta paman/bibi, kakek/nenek, guru, ustadz, atau siapa pun (termasuk teman-temannya) yang otoritasnya lebih kuat di mata anak kita untuk menasihati anak tersebut. Bisa pula kita manfaatkan media seperti buku, majalah, kaset audio/video, bahkan juga televisi yang berisi nasihat itu kepada remaja. Semakin banyak media atau “pihak ketiga” yang kita manfaatkan, insya’allah semakin efektif usaha kita untuk menasihati anak secara tak langsung.

Kedua, kita berusaha tingkatkan otoritas kita di mata anak. Caranya adalah dengan menunjukkan segamblang-gamblangnya bahwa kita telah sungguh-sungguh bertaubat dari perbuatan salah itu. Kita tunjukkan penyesalan kita. Tunjukkan pula bahwa sekarang kita jauh lebih baik daripada dulu. Remaja pada umumnya lebih menaruh respek terhadap orangtua yang berani mengakui kesalahan diri sendiri dan kemudian memperbaikinya daripada orangtua yang “munafik” atau sok alim. Dengan begitulah, maka otoritas kita menjadi menguat kembali.

Ketiga, kita perlihatkan bahwa usaha kita dalam mendidik anak adalah untuk kepentingan anak sendiri, bukan untuk kepentingan nama baik orangtua dan sebagainya. Untuk itu, kita perlu lebih menghargai anak kita. Jangan sampai kita menyalah-nyalahkan anak dengan nada merendahkan mereka seraya meninggikan diri kita sendiri, seperti “Kamu itu bisanya cuma bikin malu orangtua.” Lebih baik gunakan kata-kata pendorong yang menghargai anak. Misalnya, “Nak, aku bangga kamu punya prinsip hidup sendiri, tidak ikut-ikutan teman. Dan aku akan lebih senang bila kau tekun belajar ilmu agama, supaya prinsip hidupmu lebih kuat lagi. ....”

Demikian tanggapan saya. Semoga berguna.

Infogue.com

2 comments:

Anonim 4/9/08 15:25  

Terimakasih banyak Uztad! Alhamdulillah Uztad telah memberikan nasihat yang sangat berharga,dan sesuai dengan yang saya harapkan, serta saya pernah mencoba untuk terbuka kepada anak-anak tentang kehilafan saya dimasa lalu , karena mereka pernah dengar dari seorang teman saya(sohib saya)saya cuman berkata:"kalau menurut kalian tidak baik, jangan ditiru! maafkan saya jika kalian merasa malu"dan sekarang memperbaiki diri dengan meningkatkan kualitas diridengan meningktakan sendi-sendi agama, Insyaallah.

Anonim 5/9/08 10:42  

@milassalmi
Yup... Bagus, itu Pak!
Saya mendukung sepenuhnya.

Posting Komentar

Home | About Me | Contact

Copyright © 2008 - M Shodiq Mustika

Theme Image credit: adapted from a nas-city's photo

  © Blogger template 'Neuronic' by Ourblogtemplates.com - Redesign by M Shodiq Mustika 2008

Kembali ke ATAS